2/3.5 Era pendudukan Jepang
2/3.5 Era pendudukan
Jepang
Pada jaman pendudukan Jepang kehidupan ekonomi
rakyat sangat menderita. Lemahnya ekonomi rakyat berawal dari sistem bumi
hangus Hindia Belanda ketika mengalami kekalahan dari Jepang pada bulan Maret
1942. Sejak itulah kehidupan ekonomi menjadi lumpuh dan keadaan ekonomi berubah
dari ekonomi rakyat menjadi ekonomi perang. Langkah pertama yang dilakukan
Jepang adalah merehabilitasi prasarana ekonomi seperti jembatan, alat-alat
transportasi dan komunikasi. Selanjutnya Jepang menyita seluruh kekayaan musuh
dan dijadikan hak milik Jepang, seperti perkebunan-perkebunan,
bank-bank, pabrik-pabrik, perusahaan-perusahaan, telekomunikasi dan lainlain.
Hal ini dilakukan karena pasukan Jepang dalam melakukan serangan ke luar
negaranya tidak membawa perbekalan makanan Kebijakan ekonomi pemerintah
pendudukan Jepang diprioritaskan untuk kepentingan perang. Perkebunan kopi, teh
dan tembakau yang dianggap sebagai barang kenikmatan dan kurang bermanfaat bagi
kepentingan perang diganti dengan tanaman penghasil bahan makanan
dana tanaman jarak untuk pelumas.
Pola ekonomi perang yang dilancarakan oleh Tokyo dilaksanakan
secara konsekuen dalam wilayah yang diduduki oleh angkatan perangnya. Setiap
lingkungan daerah harus melaksanakan autarki (berdiri di atas kaki sendiri),
yang disesuaikan dengan situasi perang. Jawa dibagi atas 17 lingkungan autarki,
Sumatra atas 3 lingkungan dan daerah Minseifu (daerah yang diperintah Angkatan
Laut Jepang) dibagi atas 3 lingkungan autarki. Karena dengan sistem
desentralisasi maka Jawa merupakan bagian daripada “Lingkungan Kemakmuran Bersama
Asia Timur Raya” mempunyai dua tugas, yakni:
· memenuhi kebutuhan sendiri untuk tetap bertahan,
· mengusahakan produksi barang- barang untuk
kepentingan perang.
Seluruh kekayaan alam Indonesia dimanfaatkan Jepang untuk biaya
perang. Bahan makanan dihimpun dari rakyat untuk persediaan prajurit Jepang
seharihari, bahkan juga untuk keperluan perang jangka panjang. Beberapa
tindakan Jepang dalam memeras sumber daya alam dengan cara-cara berikut ini :
·
Petani wajib menyetorkan
hasil panen berupa padi dan jagung untuk keperluan konsumsi militer Jepang. Hal
ini mengakibatkan rakyat menderita kelaparan.
·
Penebangan hutan secara
besar-besaran untuk keperluan industri alat-alat perang, misalnya kayu jati
untuk membuat tangkai senjata. Pemusnahan hutan ini mengakibatkan banjir dan
erosi yang sangat merugikan para petani. Di samping itu erosi dapat mengurangi
kesuburan tanah.
·
Perkebunan-perkebunan
yang tidak ada kaitannya dengan keperluan perang dimusnahkan, misalnya
perkebunan tembakau di Sumatera. Selanjutnya petani diwajibkan menanam pohon
jarak karena biji jarak dijadikan minyak pelumas mesin pesawat terbang.
Akibatnya petani kehilangan lahan pertanian dan kehilangan waktu mengerjakan
sawah. Sedangkan untuk perkebunan-perkebunan kina, tebu, dan karet tidak
dimusnahkan karena tanaman ini bermanfaat untuk kepentingan perang.
·
Penyerahan ternak sapi,
kerbau dan lain-lain bagi pemilik ternak. Kemudian ternak dipotong secara
besar-besaran untuk keperluan konsumsi tentara Jepang. Hal ini mengakibatkan
hewan-hewan berkurang padahal diperlukan untuk pertanian, yakni untuk membajak.
Dengan dua tugas inilah maka serta kekayaan pulau Jawa menjadi korban dari
sistem ekonomi perang pemerintah pendudukan Jepang.
Referensi:
Google.com.2015.ekonomi
perang masa penduduk jepang. http://www.gurusejarah.com/2015/01/ekonomi-perang-masa-pendudukan-jepang.html, Diakses tanggal 20 april 2015.
Komentar
Posting Komentar