12.2 Perkembangan jumlah unit dan tenaga kerja di UKM
12.2
Perkembangan jumlah unit dan tenaga kerja di UKM
Selama tahun 1997-2001 jumlah unit usaha dari semuaskala
mengalami peningkatan sebesar 430.404 unit dari 39.767.207 unit tahun 1997,
menjadi 40.197.611 unit tahun 2001. Secara parsial, kelompok unit usaha yang
paling banyak adalah UK, yang jumlahnya tahun 1997 sebesar 39,7 juta unit lebih
dan tahun 2001 diperkirakan mencapai 40 juta unit lebih. Saat krisis ekonomi
mencapai klimaksnya pada tahun 1998, usha dari semua kategori mengalami
pertumbuhan negatif, yang mana jumlah UK sendiri berkurang hampir 3 juta unit
atau pertumbuhan sekitar -7,4%. sedangkan, UM dan UB mengalami pertumbuhan
negatif lebih besar, yakni masing-masing 14,2% dan 12,7%. Perbedaan ini
mengidentifikasi bahwa UM dan UB mengalami efek negatif lebih besar
dibandingkan UK dari krisis ekonomi.
Jumlah unit UKM bervariasi menurut sektor, dan terutama
UK terkonsentrasi di pertanian, peternakan,kehutanan, dan perikanan. Tahun
1997, jumlah UK di sektor tersebut tercatat 22.511.588 unit, dan tahun 1998
jumlahnya meningkat menjadi 23.097.871 unit, atau tumbuh 2,6% (dibandingkan UM
yang tumbuh 1,2%) Variasi ini erat kaitanya dengan sifat alamiah yang berbeda
antarsektor, misal dalam aspek-aspek pasar (voleme, struktur, dan sistem atau
pola persaingan, perubahan harga, dan sistem distribusi); ketersedian input,
kebutuhan dan ketersediaan teknologi; SDM dan modal; kebijakan sektoral dan
ekonomi makro; dan bentuk serta tingkat persaingan antara sesama UKM dan antara
UKM dengan UB dan produk-produk impor.
Secara teori, perbedaan kinerja UKM di sektor
pertanian dengan kinerja UKM di sektor industri pengolahan dapat dijelaskan
dengan pendekatan analisis dari sisi penawaran dan sisi permintaan. Dari sisi
penawaran, UKM di sektor pertanian (atau usaha pertanian pada umumnya) tidak
mengalami supply bottleneck akibat depresi rupiah seperti yang banyak dialami
oleh UKM di sektor industri pengolahan. Alasan utamanya adalah karena UKM di
sektor pertanian tidak terlalu tergantung pada impor bahan baku dan
inputlainnya dan juga tidak pada kredit perbankan; sedangkan di sektor industri
pengolahan banyak sekali UKM yang memakai bahan baku, alat-alat produksi dan
input lainnya yang diimpor, serta yang membiayai produksinya dengan pinjaman
dari bank atau daru UB lewat program-program kemitraan usaha yang dipelopori
pemerintah pada zaman Soeharto. Selain itu, selama krisis banyak orang yang di
PHK di sektor industri pengolahan, kembali ke desa asalnya dan membuka
pertanian skala kecil, dan ini tentu menambah jumlah unit UKM di sektor
tersebut. Dari sisi permintaan,pasar domestik untuk komoditi-komoditi pertanian
tetap besar,sekalipun pada masa krisis karena orang tetap harus makan;
sementara pasar luar negeri semakin terbuka karena daya saing harga dari
komoditi-komoditi petanian di indonesia mengalami peningkatan pada saat nilai
tukar rupiah mengalami penurunan.
Distribusi jumlah unit menurut skala usaha dan
sektor menunjukkan bahwa di satu sisi, UKM memiliki keunggulan atas UB di
pertanian, dan di sisi lain, dilihat dari jenis produk yang dibuat, jenis
teknologi dan alat-alat produksi yang dipakai, dan metode produksi yang diterapkan,
UKM di Indonesia pada umumnya masih dari kategori usaha ‘primitif’. Hal ini
sangat berbeda jika dibandingkan dengan UKM di negara-negara seperti Korea
Selatan, Jepang, dan Taiwan yang sangat unggul dalam produksi barang-barang
jadi maupun setengah jadi seperti komponen-komponen mesin, otomotif, dan
alat-alat elektronika.
UKM di Indonesia sangat penting terutama dalam
penciptaan/pertumbuhan kesempatan kerja, menunjukan bahwa kelompok usaha ini
mengerjakan jauh lebih banyak orang dibandingkan jumlah orang yang bekerja di
UB.Pentingnya UKM sebagai salah satu sumber pertumbuhan kesempatan kerja di
indonesia tidak hanya tercerminkan pada kondisi statis, yakni jumlah orangyang
bekerja di kelompok usaha tersebut yang jauh lebih banyak daripada yang diserap
oleh UB, tetapi juga dapat dilihat pada kondisi dinamis, yakni dari laju
kenaikannya setiap tahun yang lebih tinggi daripada di UB. Di dalam kelompok
UKM juga terdapat perbedaan antara UK dan UM.
Referensi:
Sintia
Kurniawati.2015. Prospek UKM dalam Era Perdagangan Bebas dan Globalisasi Dunia.
http://usernamesintia.blogspot.com/2015/04/prospek-ukm-dalam-era-perdagangan-bebas.html, Diakses tanggal 25 april 2015.
Google.com.2015.
Usaha Kecil dan Menengah. http://id.wikipedia.org/wiki/Usaha_Kecil_dan_Menengah , Diakses tanggal 25 april 2015.
Awang
arrif .2014. Nilai tambah. http://awangsoftskill.blogspot.com/2014/07/softskill.html, Diakses tanggal 25 april 2015.
Sintia
Kurniawati. 2015. NILAI OUTPUT DAN NILAI TAMBAH. http://usernamesintia.blogspot.com/2015/04/nilai-output-dan-nilai-tambah.html, Diakses tanggal 25 april 2015;.
Komentar
Posting Komentar